Sabtu, 25 Agustus 2007.
MALES MODE ON.
Aduh! Lagi-lagi akhir pekan saya kali ini penuh, ketika saya mencoba mengintipnya Jumat lalu. Sebenernya pengen banget ngabisin waktu di rumah, nonton dvd dan main dengan ponakan tapi apa daya. Hari Sabtu pagi, yang harusnya jadi jadwal bangun siang,malah harus bangun pagi untuk ikut seminar yang diadakan kantor. Tau gak sih, melihat posternya yang ada setiap sudut kantor aja, udah bikin males dateng. Pernah liat poster film The Bourne Ultimatum, dengan pose tampak belakangnya si Matt Damon plus latar belakang kota New York . Persis kayak gitu, hanya saja kata “Bourne
diganti jadi “Greg”, karena presenter seminar yang “enggak banget” itu namanya Greg Warner. Dan yang gak kalah bikin males adalah judul seminarnya adalah “The Winning Ideas”.. Hhh.. plis deh. Artinya aja saya nggak tau! Suer deh! Buat saya, kerja di biro iklan itu ya tujuannya membantu persoalan klien untuk meningkatkan penjualan produknya. Murni begitu. Itu yang (kasarnya) “mati2an” saya kerjakan: lembur, brainstorming, observasi target pasar, eksekusi ide, dll.
Bener aja. Seminarnya garink dan gak brain-freshing (cieee), si Greg gak well-prepared soal materi iklan, kebanyakan dia cuma storytelling doang dan kita menduga2 sendiri maksudnya apa yaaaaa? Secara ya.. dia bule Ostrali yang menurut saya dan temen2 ngomongnya kayak kumur2, udah gitu, sok2an gak mao dikasih microphone lagi, sok berasa suaranya jelas dan punya artikulasi yang oke. Dasar dodol garut donat basi! Tugasnya juga.. OMG! Males! Nada2 penutupan dari Pak Abhay Kapoor bikin mata kami yang ngikut seminar berbinar2.. Saya berencana pergi ke mall ambassador untuk cari DVD. Huuuu.. pengen borong pelem korea yang banyak! Dan hal itu terjadi, aku membeli 6 film korea .. berdasarkan rekomendasi seorang teman plus embaknya yang jualan. Nggak Cuma itu, saya juga dapet beberapa jilbab kaos untuk olahraga, waaaa.. seneng deh! Meskipun.. boros! Teteup!
Minggu, 26 Agustus 2007
MALES-MALES SENENG MODE ON.
Kata siapa aku bangun siang! Yeeee.. sok tau!
Aku bangun pagi loh. Setelah minum jeruk lemon anget, aku langsung cabut ke Hotel Cemara Menteng. Seorang temen dateng dari Aceh dan pengen curhat. Dan lumayan lah.. aku dapet sarapan pagi yang enak, nikmat, sorga dunia dan gratis! Hehehehehe..
Dari Cemara, aku dan temanku bertolak ke Ambasador (lagi!) karena dia emang berniat mencari celana dan baju buat persiapan kehamilannya. Di Ambasador aku gak terlalu lama. Setelah dapet satu celana buat nge-gym, aku beli segelas jagung rebus yang dicampur mentega, keju dan susu. Hmm… Enyak!
Dari Ambasador aku pamit temanku untuk nyusul rombongan teman2 kantor yang ada di La Piaza Kelapa Gading untuk bareng2 berkunjung ke Urbanfest di Pantai Karnaval Ancol. Dan mulai saat inilah setan-setan shopacholic itu mulai gentayangan! Ketika nurunin kaki di Kelapa Gading, aku langsung ke food-court nyusul teman2 di sana . Aku bersumpah tidak akan makan lagi. Dan aku berhasil.. Semua berjalan mulus. Aku memang tidak berniat belanja. Dan aku senang aku bisa menahannya. Setelah teman2ku selesai makan, kami mendatangi atrium mall yang emang pas lagi ada acara dari sebuah produk susu manula dan anak. Huuu. Aku nggak betah.. aku pun mulai lirak lirik.. dan mataku kepincut sama Watson. Huuu.. banyak banget yang kupingin ada di sana . Lemme tell you ya:
1. bodywash dengan wangi semangka campur kiwi. ugh pasti seger banget 29rb
2. hand cream papaya mango dari Watson 19.900 (udah diskon)
3. blush on (Revlon) 72rb
4. lip gloss (mungkin Maybelline atau Revlon) 17.900 (udah diskon)
5. meni-pedi kit 65rb.
Kali ini, setan shopacholic itu lagi yang menang. Sialaaaan! Habis sudah pertahananku. Yang tidak kubeli adalah poin no 1 dan 5. Soalnya, aku berpikir akan nemu barang yang lucu2 di Urbanfest nanti. Hemat nis , hemat!
Singkat cerita, dari La Piazza, kami langsung ke Ancol. Siang itu panas banget. Trus kok kayaknya booth2 yang ada di situ gak ada yang oke ya.. sponsornya sih gede2… Kompas, Bola, Djarum Black, Mizone, Prambors, Hai, dll deh.. Yang kita lakukan di Urbanfest gak lain adalah liat2 booth, motret, makan dan foto2.. Ugh, yang terakhir itu kayaknya gak pernah ketinggalan deh. Boothnya bener2nya lucu2, ada nail art, komik, distro (as usual), capoeira, berbagai klub olahraga, trampoline, grafities everywhere, karnaval2 yang seru2, performance band (ada yang bagus dari Bandung, namanya TIKA) dan masih banyak lain..
Dan lagi2 setan shopaholic menggelitik..
Gue liat toko pin!
Lisa Simpson.
Homer Simpson.
Hitler.
Tin Tin.
Brengsek! Gue pengeeeen!
Dan gue pun membelinya.
Kalah lagi!
Tapi this time, dibeliin sama temen gue *maaci camcuuul!*
Itu baru Urbanfest, cing! Abis dari situ kami masih semangat jalan --terutama bosku sih—ke Kemang Festival. Kebayang gak sih loe, Ancol-Kemang, belom macetnya.. secara ya.. lagi gak ada acara aja, kemang udah kayak apaan tau. Gue pun ketiduran di mobil. Pokoknya tau2 udah sampe Kemang yang –bener kate gue- MACET. Festival Kemang katanya udeh diadaain enam kali terhitung taun ini. Hajatan yang bertempat di sepanjang Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan ini ini bener2 kayak cendol booo...
Tajuknya "Kemang Xtravaganza". Cuma dua hari doang elo disuguhi berbagai macem makanan. Mulai dari makanan tradisional, seperti gudeg, serabi bandung , kerak telor, kebab, burger, dll.. Soal harga, nggak perlu khawatir karena cukup terjangkau. Karena itu tak heran kalau semua stand makanan dipadati penggila kuliner. Elo juga bisa berbelanja aneka macam barang, seperti pakaian dan aksesoris. Dan lagi2 yang bikin bulu kuduk gue diri dan napsu belanja di ubun2 adalah harga yang super duper murah.
Dan inilah yang gue dapetin di Kemang festival:
1. Sweater biru tosca yang keren abis, vintage mampus dan adem banget bahannya! Only 12rb
2. Kemeja kotak2 yang klasik 10rb
3. Jam paul frank abal2, warna ijo, 50rb (agak mahal menurut gue) tapi keren mampus! Ugh, bangga seanjing2 gue pake jam ini! Karena pas make gue jadi berasa jadi cewek paling cihuy sedunia gue.
4. Belt ala2 billabong gitu, yang gak norak dan berwarna ijo army 20rb.
Di mobil, gue masih pamer2 ama temen2 gue hasil “dosa2” gue. Belagu banget emang gue. Tanggal tua, belanja! Ya udah, paling besok2 sampe gajian gue makan siang bawa dari rumah. Itung2 sekalian diet.. *teteup nyenengin diri sendiri*
Udah ah. Capek.
Annisa Muharami
Wednesday, August 29, 2007
Wednesday, August 15, 2007
Permen Jahe, Kisah Panjang Kembang Gula
Oleh Andreas Maryoto
Di antara tumpukan makanan ringan di sebuah rumah makan di Parakan, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, terdapat permen jahe. Mereka yang sudah berumur pasti akan terkejut ketika melihat permen yang di labelnya tertulis "Gember Bonbons". Permen bikinan Pasuruan, Jawa Timur, itu ternyata masih ditemukan di pasar sekaligus memiliki sejarah panjang.
Labelnya yang bergambar rimpang jahe dan bagian tepinya ada kotak-kotak kecil biru-putih makin mengingatkan orang pada permen yang masih dikenal luas beberapa tahun yang lalu. Penulisan merek dagang "Paberik Kembang Gula, SINA, Pasuruan" makin memastikan permen ini permen "masa lalu". SINA adalah produsen permen ini, yaitu PT Sindu Amrita.
Permen jahe memang merupakan permen yang tergolong kuno. Berbicara permen ini bukan hanya berbicara puluhan tahun lalu, tetapi ratusan tahun. Setidaknya permen ini sudah tercatat di dalam buku Island of Java karya John Joseph Stockdale, pelancong berkebangsaan Inggris, yang menyebutkan, pada tahun 1778 Belanda mengirim sebanyak 10.000 pon (atau sekitar 5.000 kilogram) produk yang disebut candied ginger dari Batavia ke Eropa. Makanan ini digemari di Eropa karena menyembuhkan kembung atau dalam istilah ilmiah disebut flatulensi.
Keberadaan permen dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa, sulit untuk ditelusuri asal usulnya. Kita hanya bisa menduga, seperti yang diungkapkan Prof Denys Lombard, yang menyebutkan gaya hidup Belanda mulai diserap oleh penduduk Nusantara sekitar pertengahan abad ke-19 ketika sejumlah priayi diangkat menjadi pejabat dan mulai mengenyam pendidikan Belanda. Permen sangat mungkin bagian dari gaya hidup itu.
Kesulitan untuk melacak juga akibat pengelompokan makanan ini menjadi rancu karena banyak variasi produk jenis ini. Di kalangan orang Jawa dikenal berbagai makanan bersumber dari gula, seperti permen, kembang gula, gulali, bonbon, manisan, harum manis, loli, dan ting-ting.
Pengelompokan makanan ringan yang manis, berdasar dari kamus, mungkin bisa menolong meski tidak tepat benar. Kelompok makanan ini disebut gula- gula. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Badudu-Zain, kata gula-gula berarti macam-macam penganan atau manisan dari gula. Cakupan dalam kelompok ini sangat luas sekali, seluruh makanan yang bersumber dari gula. Dalam bahasa Inggris istilah yang tepat untuk ini adalah confectionary. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut bonbon.
Kembang gula sendiri dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia itu adalah makanan yang terbuat dari gula. Orang Jawa menyebut makanan manis ini lebih singkat mbanggulo. Penjelasan ini pasti tidak memuaskan karena menjadi rancu dengan gula-gula di atas. Meski demikian, pencarian padanan kosakata ini di dalam bahasa Inggris menemukan istilah yang tepat untuk ini adalah candy, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut lollie. Jadi berdasarkan pemadanan itu, maka kembang gula merupakan salah satu jenis dari gula-gula.
Bila di Indonesia dikenal ada nama permen, maka sebenarnya permen adalah salah satu jenis kembang gula yang terasa pedas di lidah. Kata permen sendiri kemungkinan terkait dengan dengan peppermint, permen pedas karena ada kandungan minyak peppermint. Peppermint adalah senyawa aromatik yang berasal dari daun tanaman yang menghasilkan mentol, yaitu Menthas arvensis yang biasanya digunakan untuk memberi rasa pada makanan, pasta gigi, dan obat- obatan. Orang Belanda menyebut makanan ini dengan sebutan peppermunt.
Orang Indonesia, terutama orang Jawa, kemungkinan kesulitan untuk mengatakan peppermint hingga muncul kata permen. Dalam perkembangannya, istilah ini menjadi rancu karena semua makanan ringan yang manis dimasukkan dalam permen, seperti permen jahe, permen coklat, dan permen karet.
Dengan memahami berbagai istilah itu, maka dugaan munculnya kembang gula di Nusantara terkait dengan pendirian pabrik gula. Pabrik gula pertama berada di Batavia, yang sekarang bernama Jakarta pada 1700-an. Pada tahun 1710 tercatat 131 penggilingan tebu di Batavia. Di wilayah bagian selatan Batavia didirikan pabrik gula yang masih jauh dari penggunaan mesin dan uap air panas untuk produksi gula.
Saat itu, pabrik gula digerakkan oleh tenaga kerbau atau manusia. Tenaga ini akan memutar dua silinder. Di tengah silinder itu dimasukkan tebu. Dari pemerasan ini dihasilkan cairan. Cairan ini kemudian dikeringkan dengan dimasak hingga menjadi kental.
Ada tiga kategori gula berdasarkan tingkat keputihannya. Gula kualitas pertama yang paling putih diekspor ke Eropa. Kualitas yang kedua dikirim ke India Barat (yang dimaksud adalah bagian barat India), dan kualitas ketiga atau yang paling coklat dikirim ke Jepang. Di antara produk yang diekspor itulah terdapat permen jahe alias candied ginger.
Kembali ke soal asal usul kembang gula alias permen. Buku kecil dengan tebal 34 halaman milik kolektor asal Semarang, Handoko, berjudul Atoerannnja Membikin Permen (Kembang Goela) karya orang yang bernama Radius yang terbit tahun 1936, bisa sedikit membantu pelacakan soal permen alias kembang gula.
Dari klaim buku tersebut dengan menyebutkan "Boekoe-boekoe dalem bahasa Melajoe jang sanggoep menjokoepi itoe keinginan, toroet taoe kita sampe sekarang belon ada," kita bisa menduga industri kembang gula masih dikuasai kelompok elite yang paham bahasa Belanda. Industri permen belum menjadi industri rumahan. Dengan informasi itu pula, kita menduga teknologi permen dibawa oleh orang Belanda.
Buku kecil ini juga menginformasikan jenis-jenis kembang gula yang ada saat itu, mulai dari bonbon, permen strong pepermunt, grip, permen kenari, permen kopi, permen busa, permen gombal, dan pastiles. Dari buku tersebut juga diketahui, saat itu sudah terjadi kerancuan istilah antara permen dan kembang gula.
Kembali ke permen jahe. Kembang gula ini masih dapat ditemukan di berbagai tempat meski mulai tidak gampang untuk mendapatkannya. Dulu pembungkus kembang gula ini berasal dari kertas minyak. Belakangan kemudian menggunakan plastik tetapi masih sederhana. Sekarang kemasannya berupa kemasan plastik cetakan. Permen jahe juga ditemukan dengan pembungkus bagian dalam seperti agar-agar. Kita bisa memakan pembungkus itu yang terasa lembut.
Kembang gula yang lain yang tergolong tua adalah kembang gula asem. Catatan tentang kembang gula ini masih sangat sedikit. Akan tetapi, keberadaan pohon asem sendiri menarik banyak perhatian para pelancong dari Barat ketika berada di Nusantara. Selain John Joseph Stockdale yang mencatat keberadaan pohon asem itu adalah Albert S Bickmore, pengelana asal Amerika Serikat, dalam buku Travels in The East Indian Archipelago (1868).
Bickmore memang tidak menceritakan soal kembang gula asem itu, tetapi ia bercerita tentang banyaknya pohon asem di pinggir jalan yang digunakan untuk peneduh di sepanjang jalan di Surabaya. Sejumlah jalan di banyak kota, bahkan di Jakarta, masih ditemukan keberadaan pohon asem ini.
Pohon asem yang melimpah itu kemungkinan mengilhami orang untuk membikin kembang gula asem. Hingga sekarang kita masih bisa menemui kembang gula asem ini dari yang tradisional, yaitu gula dicampur asem, kita bisa merasakan kekasaran gulanya, hingga yang sudah berupa kembang gula cetakan.
Permen, benda kecil yang ternyata memiliki catatan sejarah. Pengetahuan mengenai permen bukan hanya mengungkap tentang makanan ringan itu, tetapi juga tentang sebuah gaya hidup.
Sumber: Kompas, 15 Agustus 2007 [Pangan]
Di antara tumpukan makanan ringan di sebuah rumah makan di Parakan, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, terdapat permen jahe. Mereka yang sudah berumur pasti akan terkejut ketika melihat permen yang di labelnya tertulis "Gember Bonbons". Permen bikinan Pasuruan, Jawa Timur, itu ternyata masih ditemukan di pasar sekaligus memiliki sejarah panjang.
Labelnya yang bergambar rimpang jahe dan bagian tepinya ada kotak-kotak kecil biru-putih makin mengingatkan orang pada permen yang masih dikenal luas beberapa tahun yang lalu. Penulisan merek dagang "Paberik Kembang Gula, SINA, Pasuruan" makin memastikan permen ini permen "masa lalu". SINA adalah produsen permen ini, yaitu PT Sindu Amrita.
Permen jahe memang merupakan permen yang tergolong kuno. Berbicara permen ini bukan hanya berbicara puluhan tahun lalu, tetapi ratusan tahun. Setidaknya permen ini sudah tercatat di dalam buku Island of Java karya John Joseph Stockdale, pelancong berkebangsaan Inggris, yang menyebutkan, pada tahun 1778 Belanda mengirim sebanyak 10.000 pon (atau sekitar 5.000 kilogram) produk yang disebut candied ginger dari Batavia ke Eropa. Makanan ini digemari di Eropa karena menyembuhkan kembung atau dalam istilah ilmiah disebut flatulensi.
Keberadaan permen dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa, sulit untuk ditelusuri asal usulnya. Kita hanya bisa menduga, seperti yang diungkapkan Prof Denys Lombard, yang menyebutkan gaya hidup Belanda mulai diserap oleh penduduk Nusantara sekitar pertengahan abad ke-19 ketika sejumlah priayi diangkat menjadi pejabat dan mulai mengenyam pendidikan Belanda. Permen sangat mungkin bagian dari gaya hidup itu.
Kesulitan untuk melacak juga akibat pengelompokan makanan ini menjadi rancu karena banyak variasi produk jenis ini. Di kalangan orang Jawa dikenal berbagai makanan bersumber dari gula, seperti permen, kembang gula, gulali, bonbon, manisan, harum manis, loli, dan ting-ting.
Pengelompokan makanan ringan yang manis, berdasar dari kamus, mungkin bisa menolong meski tidak tepat benar. Kelompok makanan ini disebut gula- gula. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Badudu-Zain, kata gula-gula berarti macam-macam penganan atau manisan dari gula. Cakupan dalam kelompok ini sangat luas sekali, seluruh makanan yang bersumber dari gula. Dalam bahasa Inggris istilah yang tepat untuk ini adalah confectionary. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut bonbon.
Kembang gula sendiri dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia itu adalah makanan yang terbuat dari gula. Orang Jawa menyebut makanan manis ini lebih singkat mbanggulo. Penjelasan ini pasti tidak memuaskan karena menjadi rancu dengan gula-gula di atas. Meski demikian, pencarian padanan kosakata ini di dalam bahasa Inggris menemukan istilah yang tepat untuk ini adalah candy, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut lollie. Jadi berdasarkan pemadanan itu, maka kembang gula merupakan salah satu jenis dari gula-gula.
Bila di Indonesia dikenal ada nama permen, maka sebenarnya permen adalah salah satu jenis kembang gula yang terasa pedas di lidah. Kata permen sendiri kemungkinan terkait dengan dengan peppermint, permen pedas karena ada kandungan minyak peppermint. Peppermint adalah senyawa aromatik yang berasal dari daun tanaman yang menghasilkan mentol, yaitu Menthas arvensis yang biasanya digunakan untuk memberi rasa pada makanan, pasta gigi, dan obat- obatan. Orang Belanda menyebut makanan ini dengan sebutan peppermunt.
Orang Indonesia, terutama orang Jawa, kemungkinan kesulitan untuk mengatakan peppermint hingga muncul kata permen. Dalam perkembangannya, istilah ini menjadi rancu karena semua makanan ringan yang manis dimasukkan dalam permen, seperti permen jahe, permen coklat, dan permen karet.
Dengan memahami berbagai istilah itu, maka dugaan munculnya kembang gula di Nusantara terkait dengan pendirian pabrik gula. Pabrik gula pertama berada di Batavia, yang sekarang bernama Jakarta pada 1700-an. Pada tahun 1710 tercatat 131 penggilingan tebu di Batavia. Di wilayah bagian selatan Batavia didirikan pabrik gula yang masih jauh dari penggunaan mesin dan uap air panas untuk produksi gula.
Saat itu, pabrik gula digerakkan oleh tenaga kerbau atau manusia. Tenaga ini akan memutar dua silinder. Di tengah silinder itu dimasukkan tebu. Dari pemerasan ini dihasilkan cairan. Cairan ini kemudian dikeringkan dengan dimasak hingga menjadi kental.
Ada tiga kategori gula berdasarkan tingkat keputihannya. Gula kualitas pertama yang paling putih diekspor ke Eropa. Kualitas yang kedua dikirim ke India Barat (yang dimaksud adalah bagian barat India), dan kualitas ketiga atau yang paling coklat dikirim ke Jepang. Di antara produk yang diekspor itulah terdapat permen jahe alias candied ginger.
Kembali ke soal asal usul kembang gula alias permen. Buku kecil dengan tebal 34 halaman milik kolektor asal Semarang, Handoko, berjudul Atoerannnja Membikin Permen (Kembang Goela) karya orang yang bernama Radius yang terbit tahun 1936, bisa sedikit membantu pelacakan soal permen alias kembang gula.
Dari klaim buku tersebut dengan menyebutkan "Boekoe-boekoe dalem bahasa Melajoe jang sanggoep menjokoepi itoe keinginan, toroet taoe kita sampe sekarang belon ada," kita bisa menduga industri kembang gula masih dikuasai kelompok elite yang paham bahasa Belanda. Industri permen belum menjadi industri rumahan. Dengan informasi itu pula, kita menduga teknologi permen dibawa oleh orang Belanda.
Buku kecil ini juga menginformasikan jenis-jenis kembang gula yang ada saat itu, mulai dari bonbon, permen strong pepermunt, grip, permen kenari, permen kopi, permen busa, permen gombal, dan pastiles. Dari buku tersebut juga diketahui, saat itu sudah terjadi kerancuan istilah antara permen dan kembang gula.
Kembali ke permen jahe. Kembang gula ini masih dapat ditemukan di berbagai tempat meski mulai tidak gampang untuk mendapatkannya. Dulu pembungkus kembang gula ini berasal dari kertas minyak. Belakangan kemudian menggunakan plastik tetapi masih sederhana. Sekarang kemasannya berupa kemasan plastik cetakan. Permen jahe juga ditemukan dengan pembungkus bagian dalam seperti agar-agar. Kita bisa memakan pembungkus itu yang terasa lembut.
Kembang gula yang lain yang tergolong tua adalah kembang gula asem. Catatan tentang kembang gula ini masih sangat sedikit. Akan tetapi, keberadaan pohon asem sendiri menarik banyak perhatian para pelancong dari Barat ketika berada di Nusantara. Selain John Joseph Stockdale yang mencatat keberadaan pohon asem itu adalah Albert S Bickmore, pengelana asal Amerika Serikat, dalam buku Travels in The East Indian Archipelago (1868).
Bickmore memang tidak menceritakan soal kembang gula asem itu, tetapi ia bercerita tentang banyaknya pohon asem di pinggir jalan yang digunakan untuk peneduh di sepanjang jalan di Surabaya. Sejumlah jalan di banyak kota, bahkan di Jakarta, masih ditemukan keberadaan pohon asem ini.
Pohon asem yang melimpah itu kemungkinan mengilhami orang untuk membikin kembang gula asem. Hingga sekarang kita masih bisa menemui kembang gula asem ini dari yang tradisional, yaitu gula dicampur asem, kita bisa merasakan kekasaran gulanya, hingga yang sudah berupa kembang gula cetakan.
Permen, benda kecil yang ternyata memiliki catatan sejarah. Pengetahuan mengenai permen bukan hanya mengungkap tentang makanan ringan itu, tetapi juga tentang sebuah gaya hidup.
Sumber: Kompas, 15 Agustus 2007 [Pangan]
Thursday, June 14, 2007
Cerita 1: Klithikan di Alun-alun Kidul (Yogyakarta)
Inilah pemandangan salah satu pusat barang bekas di Yogyakarta, tepatnya di Alun-alun Kidul. Alun-alun Kidul di malam hari adalah pusat nongkrong anak muda, tempat makan jagung dan kacang rebus, juga tempat penduduk Yogyakarta (dan para turis tentunya) beradu untung untuk bisa menerobos jalan diantara dua beringin kembar dengan mata tertutup. Pada sore hari, Alun-alun Kidul--orang-orang Yogyakarta yang tergila-gila dengan singkatan biasa menyebutnya dengan Alkid--adalah tempat populer untuk bersantai bagi keluarga. Aneka penjaja makanan berjajar di Alkid, anak-anak kecil asyik bermain aneka permainan atau naik gajah peliharaan Kraton Yogyakarta. Wisata keluarga di sore hari yang menyenangkan. Sementara pada pagi sampai menjelang jam 3 sore, Alkid adalah wilayah kekuasaan para pedagang barang bekas atau biasa disebut dengan 'klithikan'.
Para pedagang barang-barang bekas ini mengambil tempat di sepanjang jalan yang memutari Alun-alun Kidul. Barang-barang yang dijual ditata rapi di atas selembar kain tebal atau terpal. Kurang lebih setiap hari ada 43 orang pedagang barang bekas memadati jalanan sekitar Alun-alun Kidul. Dan setiap hari selalu saja ada orang-orang yang mampir, sekedar untuk melihat-lihat koleksi barang bekas terbaru yang dimiliki para pedagang, atau mencari benda tertentu.
Tuesday, April 17, 2007
Creative Cambodia: Recycling Everyday Materials
Reyum Institute of Arts and Culture (http://www.reyum.org) yang berpusat di Phnom Penh mempunyai istilah yang pas untuk merujuk pada budaya daur ulang seprti dipraktekkan oleh masyarakat Kamboja: kreatif. Mulai 19 Januari 2007 lalu, Reyum mengadakan pameran yang berjudul Creative Cambodia: Recycling Everyday Materials. Pameran ini adalah bagian dari riset Reyum tentang pola pemanfaatan benda-benda sehari-hari untuk digunakan kembali dan diolah menjadi benda-benda lain.
This exhibition shows examples of how people in Cambodia make new use of everyday materials. By transforming available resources such as empty plastic and metal containers, second half fabric, engines, and rubber tires, new tools and objects are crafted for use in daily life. The purpose of the exhibition is to describe and understand the process of generating the ideas more than to make a fetish of the objects themselves, thus emphasizing the ingenuity and resourcefulness within a living culture.
Ban karet bekas bisa diolah kembali menjadi sandal atau sepatu, tali, wadah tempat menampung air, pot tanaman, juga sebagai salah satu bahan untuk menambal ban. Kain perca bisa jadi alas kaki, selimut, atau hammock. Sedotan bisa diolah menjadi lampion dan pot bunga. Kaleng bisa diolah menjadi tempat lampu minyak, atap rumah, dan kompor minyak tanah.
Tuesday, April 10, 2007
Daur Ulang
Daur ulang. Menggunakan lagi benda/barang/sesuatu yang telah dipakai. Tas kresek yang sudah kita pakai untuk membungkus sesuatu, dan kita buang di tempat sampah, akan dipungut kembali oleh pemulung atau tukang sampah. Setelah semua tas kresek terkumpul, akan digunakan kembali untuk membentuk tas kresek-tas kresek baru. Begitu juga dengan gambar di foto ini. Sisa-sisa nasi tidak langsung dibuang, tapi dijemur di bawah terik sinar matahari. Penduduk di Jawa biasanya memanfaatkan sisa-sisa nasi sebagai bahan dasar membuat kerupuk puli, rengginang, dan penganan lain. Pertanyaan lanjutan: apakah kebiasaan daur ulang ini sebagian besar dimiliki oleh para penduduk di negara-negara Asia Tenggara?
Friday, April 6, 2007
Mari, Ana Makan Yuuukk
Di bawah ini adalah percakapan antara saya dan asung tentang makanan. Dan hanya satu kata yang bisa dikatakan setelah membaca transkrip percakapan ini: sunggguh kita berdua adalah kelompok orang-orang yang terobsesi dengan makanan.
s3v3n_75: hey
s3v3n_75: kabar sehat?
njuliastuti: sehat
s3v3n_75: dimana? pulang ngajar?
s3v3n_75: pengen liburan nih
njuliastuti: barusan kirim soal UTS
s3v3n_75: dan es buah
njuliastuti: mid semester sekarang. hehe
s3v3n_75: hmmm es buah dulu dong
s3v3n_75: atau sup buah di Bandung
njuliastuti: ah ya. enak tuh
s3v3n_75: perkawinan berbagai macam buah segar manis tripikal plus es dan kopyor serta susu kental manis krim hmmmmm
njuliastuti: mi ayam di belakang gedung sate enaaaakkk
njuliastuti: plus es kacang merah
s3v3n_75: hmmmm jeruk
njuliastuti: tadi barusan lewat depan bakso gress, ternyata dia punya menu baru. ada tulisan besar2: "BAKSO BAKAR"
s3v3n_75: hmmm semangka yang tak berdaun sirih
s3v3n_75: AHHHHHHHHH mau duooongggg
s3v3n_75: di Jakarta baru ada Bakso Keluarga yaitu bakso dengan isi dan toping terserah kita...
s3v3n_75: ada isi nya macam2
s3v3n_75: juga terserah mau dimasak apa
s3v3n_75: hmmmm di bakar dan saus manis pedas kental ala Bangkok
njuliastuti: wahhhh menggiurkan
s3v3n_75: aku bawa kamu ke dunia Bakso di Jakarta
s3v3n_75: dan Batagor bila di Bandung
s3v3n_75: dan Cakwe di kue subuh Pasar Senen
njuliastuti: ada bakso isi keju juga ya. di kebayoran
njuliastuti: aku liat di trans tv
s3v3n_75: juga Bacang di pasar kue Blok M
s3v3n_75: iya itu
s3v3n_75: kacau makanya
s3v3n_75: gw juga jadi mau banget nyoba
njuliastuti: waktu aku sempat2nya nyari no telp-nya. tapi malah belum sempat ke sana
njuliastuti: temanku sampe takjub aku bela2in telp. 021-108
njuliastuti: hehehe
s3v3n_75: hahahahaa
s3v3n_75: ada juga Bakso Lapangan Blok-S
njuliastuti: nah kalo itu aku sudah sempat coba
s3v3n_75: kalau di Bandung yang hampir punah itu Baso Tahu Hokkie dan Baso Somay Tahu berkuah Cuankie
njuliastuti: apa itu cuankie?
s3v3n_75: Cuankie itu merek dagang asongan untuk Baso Tahu Kuah juga ada somay dan pangsit macam2 jualannya di panggul
s3v3n_75: nah satu lagi mungkin kamu pernah waktu Mas mu masih di MRA itu Bakmie Roxy 99 yamien manis bakso pangsit kuah dan goreng dekat Bakmie Gang Kelinci
s3v3n_75: jalan Sabang
s3v3n_75: Bakmie Kadut Pecenongan
njuliastuti: wah ya. itu enak juga
njuliastuti: eh kamu tau siapa yg kelola milis lapanpuluhan?
s3v3n_75: engga
s3v3n_75: emang ada?
s3v3n_75: clubeighties mungkin engga ya?
njuliastuti: ada
njuliastuti: http://lapanpuluhan.blogspot.com
njuliastuti: ada milisnya juga
s3v3n_75: hihihihiihihhi
s3v3n_75: gw kan 55-an
njuliastuti: milis utk mengenang kejayaan 80-an di nusantara. dasar sinting
s3v3n_75: hahahhahaa
njuliastuti: masak ada esai ttg limasekawan segala. huhahahahahahahahaha
njuliastuti: georgina kirrin. idolaku dulu
s3v3n_75: wah lucu tuh
s3v3n_75: a.k.a George
s3v3n_75: anak TomBoy
s3v3n_75: sama
s3v3n_75: dan aku sukan makan2annya ada Roti Selai Madu, kue panggang jahe bertabur coklat, roti baguette isi ham dan salad, es limun
s3v3n_75: stick kering keju
s3v3n_75: anggur dan plum
s3v3n_75: dan pantai serta udara pedesaan dengan sepeda plus, bila dikabulkan, Mariana Renata
njuliastuti: wah mariana renata
njuliastuti: jaman kita baca famousfive, doi masih umur 4 tahun kayaknya
s3v3n_75: hahahahaa
njuliastuti: jangan lupa minum limun jahe. trus plus irisan2 strawberry segar.
s3v3n_75: makanya sekarang bagian gw yang mendongengi dia
njuliastuti: B-)
s3v3n_75: ahhhh plu susu segar manis dicampur madu
njuliastuti: makanan di kamboja enak2 juga lho. serba fusion. timur-barat. enaknya
s3v3n_75: pasti enak
s3v3n_75: apalagi mie nya
s3v3n_75: juga lele dalam bambu
s3v3n_75: dan bekicot
s3v3n_75: ahhhh plus jamur merang dan bumbu kunyit
s3v3n_75: nasinya sedikit liwet
s3v3n_75: langgi
s3v3n_75: langi?
njuliastuti: ada juga sandwich ala vietnam dan khmer
njuliastuti: langgi
s3v3n_75: atau nasi ulam bertabur serundeng
njuliastuti: roti panjang prancis, dibelah dua, didalamnya diisi serutan pepaya mentah yg sudah dibumbui, plus irisan2 daging, saus asam pedas manis, daun cilantro
njuliastuti: hahaha. =))
s3v3n_75: uh uh plus udang gemuk2 segar yang telah di cukai hmmmm butiran wijen juga turut serta
njuliastuti: kalo di jogja, ada bbrapa tempat makan baru. nanti aku tunjukin.
s3v3n_75: boleh
s3v3n_75: di pasar Kosambi Bandung hampir setiap pagi ada tukang Combro dan gorengan lain dari biasanya termasuk Misro dan Tahu Brontak... lalu kue Ape dan Pancong Kelapa sama penutupnya bisa Kupat Tahu Petis atau Mie Yamien Babat Baso dan gado2
s3v3n_75: selain es2an yang standar lah
njuliastuti: wahhh kue pancong kelapa...
s3v3n_75: jauh kedalam lagi ada Getuk Lindri, kue Ali dan Roti Gambang
njuliastuti: kue ali kayak gimana tuh?
s3v3n_75: aku pengen sekali coba Pia yang isinya Duren atau susu
s3v3n_75: kue Ali itu seperti cincin dari beras ketan campur gula jawa
s3v3n_75: di panggang
njuliastuti: wah belum ada pia duren di jogja. penemuan terbaru masih pia isi keju atau coklat
s3v3n_75: hmmm kamu bikin aja
s3v3n_75: Duren mungkin gila
njuliastuti: aku baru nemu tukang pia enak di jogja. gak standar bakpia pathuk. penemuanku ini lebih enaaakkk
s3v3n_75: boleh di coba ada isi yang lain?
njuliastuti: terangbulan/kue bandung depan gereja kotabaru enaakk juga
s3v3n_75: di Tebet deket ruru ada tukang kue pagi2 tapi dia toko kue dan sedikit mahal khusus kue2 pasar gitu bikin sendiri dan dia ada Samosa
njuliastuti: samosaaaaaa
s3v3n_75: Martabak Manis Keju ya...
njuliastuti: iyaa
s3v3n_75: ahhh kamu harusnya nginep kapan2 di ruru
njuliastuti: san fransisco itu enak gak sung? dia ada buka 1 cabang di jl gejayan, jogja
s3v3n_75: di Bandung dulu sebelum terang bulan itu San Francisco namanya... ada martabak telur dengan berbagai macam pilihan isi... juga ya itu andalannya Martabak Manis dan Tipis Kering
njuliastuti: nah itu dia. dia buka cabang di jogja
njuliastuti: enak ya?
s3v3n_75: enak juga cuma masing2 ada kelebihan seperti menteganya yang banyak, lebih kenyal, lebih manis, gurih yang pastinya sih
s3v3n_75: tergantung dari yang bikin sepertinya sih
s3v3n_75: kalau yang di Bandung yang bikin dari dulu ya itu2 aja
s3v3n_75: cuma sekarang lebih jadi kompleks jajanan lah tempat2 nya
s3v3n_75: kaya' di Cikini ada tenda jualan es gitu namanya Sinar Garut
s3v3n_75: khusus kopyor dan base on kelapa muda
s3v3n_75: dia buka malah dari malem ke subuh
njuliastuti: wuahhhhhh
s3v3n_75: membantu orang2 pulang disko terus hangover
s3v3n_75: hahahahaa
s3v3n_75: ohhhh Nuning mari makan
s3v3n_75: ngemil deng
s3v3n_75: ohhhh Mie ayam Kampung dan pesona Mariana
s3v3n_75: seperti makan bakmie China tapi melihat kalender produk Cat atau Oli bergambar Mira Asmara dengan hot pants jeans nya
njuliastuti: hihihi
Friday, March 16, 2007
Music Chart-ku Sendiri
Setiap hari Jumat, Hari pasti pergi ke internet. Tujuan utamanya bukan cuma untuk kirim email, tetapi terutama untuk membuka tiga situs musik andalannya: Bilboard Chart, Top of the pop, dan OZ net chart. Hari merasa paling tidak ia harus bisa mengingat 30 besar tangga lagu terpopuler saat ini di situs-situs tersebut. Cara paling mudah untuk mengingat salah satunya adalah dengan menuliskan semuanya di handphone yang dimilikinya.
Sumber informasi lain untuk mengetahui informasi tangga lagu dunia terkini adalah tentu saja lewat radio. Dan menurut pengamatan Hari, di Yogyakarta ini hanya ada dua stasiun radio yang bisa memberikan informasi tangga lagu yang akurat yaitu Swaragama FM dan UTY FM. Radio Geronimo FM ketinggalan 3 minggu, kata Hari.
Sejak duduk di bangku SMP, Hari sudah suka membuat sendiri tangga lagu (music charts). Kebiasaan ini kadang memancing kekesalan ayahnya, karena Hari sering tampak duduk tekun dan serius di depan meja belajar, padahal ia sedang asyik membuat tangga-tangga lagu ciptaannya.
Setelah selesai membuat satu tangga lagu, biasanya Hari akan memberitahukan ke teman-temannya. Atau kalau suatu kali seorang teman mengatakan bahwa ia menyukai lagu A misalnya. Biasanya Hari akan menimpali,"Ah, lagu ini kan sudah lama muncul di buku chart-ku".
Music chart yang diciptakan oleh Hari, biasanya akan ia bandingkan dengan versi music chart dari Bilboard atau OZ net chart. Lantas biasanya ia juga mencari perbedaan dan persamaan dari keduanya. Tiap akhir tahun, Hari juga membuat versi 'the best of' dari penyanyi/kelompok musik yang ia senangi. Hari bahkan merancang suatu acara penghargaan musik versinya sendiri.
Sampai saat ini Hari sudah menulis 6 buku penuh music charts nya sendiri, dan juga 5 buku kumpulan lirik lagu yang ia koleksi dari berbagai sumber.
Untuk mendukung hobinya ini, setiap bulan Hari selalu mengusahakan untuk menyisihkan 25-50 ribu rupiah untuk membeli kaset atau CD. Juga menyisihkan biaya untuk ke warnet sebesar 6000 rupiah per minggu. Supaya terpuaskan hasrat mengkonsumsi musik, Hari selalu ingin menjadi seorang penyiar radio. Dengan menjadi penyiar radio, maka kesempatan untuk mendengarkan musik lebih besar.
Nuraini Juliastuti
Sumber informasi lain untuk mengetahui informasi tangga lagu dunia terkini adalah tentu saja lewat radio. Dan menurut pengamatan Hari, di Yogyakarta ini hanya ada dua stasiun radio yang bisa memberikan informasi tangga lagu yang akurat yaitu Swaragama FM dan UTY FM. Radio Geronimo FM ketinggalan 3 minggu, kata Hari.
Sejak duduk di bangku SMP, Hari sudah suka membuat sendiri tangga lagu (music charts). Kebiasaan ini kadang memancing kekesalan ayahnya, karena Hari sering tampak duduk tekun dan serius di depan meja belajar, padahal ia sedang asyik membuat tangga-tangga lagu ciptaannya.
Setelah selesai membuat satu tangga lagu, biasanya Hari akan memberitahukan ke teman-temannya. Atau kalau suatu kali seorang teman mengatakan bahwa ia menyukai lagu A misalnya. Biasanya Hari akan menimpali,"Ah, lagu ini kan sudah lama muncul di buku chart-ku".
Music chart yang diciptakan oleh Hari, biasanya akan ia bandingkan dengan versi music chart dari Bilboard atau OZ net chart. Lantas biasanya ia juga mencari perbedaan dan persamaan dari keduanya. Tiap akhir tahun, Hari juga membuat versi 'the best of' dari penyanyi/kelompok musik yang ia senangi. Hari bahkan merancang suatu acara penghargaan musik versinya sendiri.
Sampai saat ini Hari sudah menulis 6 buku penuh music charts nya sendiri, dan juga 5 buku kumpulan lirik lagu yang ia koleksi dari berbagai sumber.
Untuk mendukung hobinya ini, setiap bulan Hari selalu mengusahakan untuk menyisihkan 25-50 ribu rupiah untuk membeli kaset atau CD. Juga menyisihkan biaya untuk ke warnet sebesar 6000 rupiah per minggu. Supaya terpuaskan hasrat mengkonsumsi musik, Hari selalu ingin menjadi seorang penyiar radio. Dengan menjadi penyiar radio, maka kesempatan untuk mendengarkan musik lebih besar.
Nuraini Juliastuti
Subscribe to:
Posts (Atom)