Tuesday, January 23, 2007

Customized Your Stuff Culture: Interview with Rudy Dharmawan

NJ : Barang-barang apa saja yang biasanya kamu custom?

RD : Barang-barang yang biasanya aku custom itu baju (T-Shirt,Jaket), tas juga ada baru 1 buah

NJ : Mengapa kamu melakukannya?

RD : Selain asik, biar tampak lebih rock dan juga lain dari pada yang lain. Awalnya cuma iseng beli kaos kosong/polosan di obal-abul, terus aku sablon sendiri. Bosan juga dengan sablon,aku beli jaket obal-abul dan menemukan motif macan tutul, wah keren juga kalo ini dipotong-potong buat bahan custom gaya kolase kolase gilak. Lalu sablonase aku kolase dengan kain motif macan. Ada juga yang aku bentuk sesuai keinginan dari kain motif tersebut. Memotong, mengurangi (lengan, kerah, lingkar bawah) juga aku lakukan. Ada juga mengambil gambarnya dari kaos lain. Tidak semua kaos yang aku custom berasal dari obal-abul, kaos2ku yang sudah lama dan kelihatan mulai tidak garang lagi pun jadi sasaran, agar menjadi garang lagi. Semua customan yang sifatnya kolase memakai mesin jahit manual pemberian yang maha kuasa, jahit tangan, hehehehe. walaupun terlihat asal tapi menjadi mantap. apalagi pake mesin jahit beneran tambah mantap, bisa-bisa aku bikin baju sendiri, hahaha....Tapi paling seru memang proses pengcustomannya..sumpah! Coba deh.

NJ : Apa barang hasil custom -mu yang terbaik yg pernah kamu punya?

RD : Semuanya aku suka. Kalo yang paling favorit apa ya....untuk saat ini... semuanya masih sangat sering dipakai jadi tidak ada yang paling disuka atau tidak suka, semua suka...hahai.

Percakapan Nuraini Juliastuti (NJ) dan Rudy Dharmawan (RD) via email, 19 Januari 2007.

Friday, January 19, 2007

In Search of Adidas Samba


Masih ingat posting foto beberapa waktu lalu tentang Janu dan sepatu Adidas Sambanya? Adidas Samba yang dimiliki Janu sekarang memang bukan barang baru. Tapi yakinlah bahwa Janu tidak akan mau menukar sepatunya itu dengan barang apapun, dengan tawaran apapun yang datang dengan bujuk rayu menggiurkan.

Janu jatuh cinta pertama kali dengan Adidas Samba sejak masih sekolah di sebuah SMA di Jakarta. Waktu itu kata Janu, koleksi sepatu yang ia punya kebanyakan Converse. Selain Converse, ia juga punya cukup banyak koleksi topi.

Iseng ia berkata kepada seorang kakak kelas, yang ia tahu punya banyak koleksi sepatu-sepatu Adidas, bahwa ia senang sekali dengan sepatu Adidas Samba. Secara tidak terduga, si kakak kelas bilang: "Oh, kamu suka Adidas Samba 'Nu? Ini pakai saja sepatu Adidas Sambaku. Aku punya dua pasang kok."

"Wah rasanya senang banget," kata Janu. Selain bentuk sepatunya yang klasik, dan rasa nyaman di kaki ketika dipakai, Janu mengatakan bahwa salah satu alasannya memakai Adidas Samba adalah karena sepatu itu mempunyai gengsi, prestise yang tinggi.

Sampai kemudian menginjak kelas 3 SMA. Seorang teman yang lain meminjam sepatu Adidas Sambanya, untuk suatu keperluan katanya, dan tidak pernah kembali.

Kecewa? Tentu saja. Itu kan sepatu kesayangan Janu. Waktu berlalu. Tahun 2002, Janu resmi menjadi mahasiswa Kriya Kayu, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia di Yogyakarta. Selama itu juga Janu berusaha untuk memiliki kembali sepatu Adidas Samba. Harapan-harapan terus dipupuk. Tapi apa daya. Harga sepatu itu cukup mahal menurut ukuran Janu.

Tahun 2005 datang. Janu pergi ke tempat seorang teman yang baru saja pindah kos. Dan disana, di salah satu sudut kamar, ia melihat sepatu Adidas Samba. Adidas Samba! Memang sudah agak kotor. Tapi tidak salah lagi. Itu sepatu Adidas Samba asli. Spontan Janu membersihkan sepatu itu, ia lihat-lihat sekujur tubuh sepatu itu, ada sedikit lubang di sepatu yang kanan. Iseng ia coba. Pas. "Ini sepatumu?" tanya Janu kepada temannya. "Iya. Sudah rusak gitu," kata temannya. "Tapi ini asli lho. Kamu tidak sayang dengan sepatu ini?" tanya Janu lagi.

Beberapa hari kemudian, Janu datang lagi ke rumah temannya. Begitu sampai dan melihat sepatu itu, kembali ia bersihkan dengan sikat gigi, dan ia cobakan di kakinya. "Kamu suka sepatu itu 'Nu? Pake aja," kata temannya tanpa ia duga.

Akhirnya Janu memiliki kembali sepatu Adidas Samba. Meski bekas, tapi sepatu ini tetap jenis sepatu paling nyaman, paling bergengsi, yang pernah ia punya.

Dibuat berdasar hasil wawancara Nuraini Juliastuti dengan Janu.